kubisikkan kau sesuatu
perihal suara yang senyap malam
pada telinga-telinga daun enggan gugur
dan daripadanya, aku mengecup laut
bukan hari yang kau racik dalam pita tawa
menyelamatkan duka dengan sehelai air mata
sedang aku, adalah ribuan senja
menawar lukaku dengan senyuman
serta gelak tawa
Kau bencilah aku
mendung di kepalaku tak serupa milikmu
Kau bencilah aku
kata-kataku tak selalu menuju pintu
Kau bencilah aku
anak-anak sungai yang mengalir di mataku
tidak selalu tahu ke mana mereka kan menuju
bukan angan yang ku peluk
ketika doaku tak lepas dari sajadah
yang menjadikan nyata cinta bukan sekadar pertemuan dada yang tak berjarak
adalah apa-apa yang kerap luput dari mata
dan dengarlah aku dengan suara malam paling bisu
ketika keikhlasan menjadikanku insan tabah
yang kerap menahan jarum di dadaku
namun cemasmu, mengikat langkahku yang tumpah
menjadikan mati rasaku kian berkuasa
engkau kan menjelma serupa awan
pada pelangi yang kulukis terang
dan aku kan dengar bumi mengecup pekat
tanpa suara, ku bahasakan duka dalam gambar beraksara
yang melanjutkan fajar tertutup malam
Kau bencilah aku,
sebab pada gerimis ke seribu
hatiku tak juga layu
Kau bencilah aku,
pada ingatan yang tak mampu lagi mengingat sendu
sedang aku menjahit cahaya di antara sujudku
maka Kau bencilah aku semaumu,
untuk doa-doa yang menguatkan kakiku
Laju, bukan pada makna bahagiamu
ialah pada rahim kepercayaanNya
segalaku bersimpuh
namun jangan kau pernah membenciku
sebab aku menjadi bukan siapa-siapa,
selain menjadi aku
26 March 2018
0 komen:
Post a Comment