Gambar Hiasan, Tidak menggambarkan Kiyai Kanjeng Sunan |
Jumaat 1 Februari 2013 bersamaan 20 Rabiul awal 1434 Hijrah. Hari ini izinkan saya melakarkan pendetailan berkaitan sebuah lagu jawa ilham Kanjeng Sunan yang dikatakan sebagai salah seorang Wali Songo atau Wali Sembilan yang terkenal di Tanah Jawa pada masa lalu.
Penulisan ini hasil daripada pembacaan dari sumber-sumber atas dasar ingin memahami secara lanjut yang tersirat di dalam lagu ini. Sekiranya ada isi kandungannya yang tidak menepati atau salah. Harap dapat maafkan jua. Apa pun jua hamba hanya insan biasa yang ingin mengenal lebih lanjut makna penciptaan diri agar mudah untuk ku beramal dan beribadat. Moga nanti aku mengadap kepadamu Ya Allah, dengan keadaan husnul khatimah. Siapa tahu mungkin ini adalah Jumaat yang terakhir buat ku.
Lir ilir lir ilir (Bangunlah) tandure wong sumilir (tanaman sudah bersemi)
Tak ijo royo royo (Demikian menghijau)
Tak sengguh penganten anyar (Bagaikan pengantin baru)
Sebagai umat Islam kita diminta bangun dari sifat malas lalu meningkatkan keimanan yang telah ditanamkan oleh Allah dalam diri kita. Ia dilambangkan seperti tanaman yang mulai bersemi dan demikian menghijau. Terserah kepada kita sama ada mahu tetap tidur dan membiarkan tanaman iman kita mati atau bangun dan berjuang untuk menumbuhkan tanaman tersebut hingga besar dan mendapatkan kebahagiaan seperti bahagianya pengantin baru.
Cah angon, cah angon (Anak gembala, anak gembala)
Penekno Blimbing kuwi (Panjatlah pohon belimbing itu)
Lunyu-lunyu penekno (Biar licin dan susah tetaplah kau panjat)
Kanggo mbasuh dodotiro (untuk membasuh pakaianmu)
Perkataan anak gembala telah dipilih kerana kita telah diberikan sesuatu untuk digembalakan iaitu hati. mampukah kita menggembalakan hati kita dari dorongan hawa nafsu yang demikian kuatnya ? Si anak gembala diminta memanjat pohon belimbing. Buah belimbing menggambarkan lima rukun Islam. Jadi meskipun licin, meskipun susah kita harus tetap memanjat pohon belimbing tersebut dalam erti sekuat tenaga kita tetap berusaha menjalankan Rukun Islam apapun halangan dan risikonya. Ia adalah perlu sebagai pencuci pakaian kita dengan pakaian taqwa.
Dodotiro, dodotiro (Pakaianmu, pakaianmu)
Kumitir bedah ing pinggir (terkoyak-koyak dibahagian tepi)
Dondomono, Jlumatono (Jahitlah, Perbetulkanlah!!)
Kanggo sebo mengko sore (untuk menghadap nanti petang)
Pakaian taqwa kita sebagai manusia biasa pasti terkoyak dan berlubang di sana sini, untuk itu kita diminta untuk selalu memperbaiki agar kelak kita sudah siap ketika dipanggil menghadap kehadirat Allah SWT.
Mumpung padhang rembulane (bulan bersinar terang benderang )
Mumpung jembar kalangane (banyak waktu luang)
Yo surako surak iyo!!! (Bersoraklah dengan sorakan Iya!!!)
Kita diharapkan melakukan hal-hal di atas ketika kita masih sihat seperti dilambangkan dengan terangnya bulan dan masih mempunyai banyak waktu terluang dan jika ada yang mengingatkan maka jawablah dengan Iya!!!…… Lir ilir, judul dari lagu di atas. Bukan sekadar lagu biasa, tapi mengandungi makna yang sangat mendalam.
Ilir-ilir bererti bangunlah atau boleh diertikan sebagai hiduplah kerana hakikat kesejatian tidur itu adalah mati dan boleh juga diertikan sebagai sedarlah. Apa yang perlu untuk dibangunkan? Apa yang perlu dihidupkan? Ruh? Kesedaran ? Fikiran? terserah kita yang penting ada sesuatu yang dihidupkan, dan jangan lupa disini ada unsur angin, bererti cara menghidupkannya ada gerak. Gerak menghasilkan udara. Ini adalah ajakan untuk berzikir. Dengan berzikir, maka ada sesuatu yang dihidupkan.
Tandure wus sumilir, Tak ijo royo-royo tak senggo temanten anyar. Bait ini mengandung makna kalau sudah berzikir maka di situ akan didapatkan manfaat yang dapat menghidupkan pohon yang hijau dan indah. Pohon di sini artinya adalah sesuatu yang memiliki banyak manfaat bagi kita. Istilah pengantin baru boleh juga diertikan sebagai Raja-Raja Jawa yang baru memeluk agama Islam. Sedemikian maraknya perkembangan masyarakat untuk masuk ke agama Islam, namun taraf penyerapan dan implementasinya masih peringkat awal, layaknya pengantin baru dalam arus kehidupan pernikahannya.
Cah angon cah angon penekno belimbing kuwi. Mengapa “Cah angon” ? Bukan “Menteri” , “Perdana Menteri” atau yang lain? Cah angon maksudnya adalah seorang yang mampu membawa makmumnya, seorang yang mampu “menggembalakan” makmumnya dalam jalan yang benar. Kenapa “Belimbing” ? Belimbing berwarna hijau yang menjadi ciri khas Islam dan memiliki 5 sisi. Jadi blimbing itu adalah isyarat dari agama Islam, yang dicerminkan dari 5 sisi buah blimbing yang menggambarkan rukun Islam yang merupakan Dasar dari agama Islam. Kenapa “Penekno” yang bererti panjatlah ? Ini adalah ajakan para wali kepada Raja-Raja tanah Jawa untuk mengambil Islam dan dan mengajak masyarakat untuk mengikuti jejak para Raja itu dalam melaksanakan Islam.
Lunyu lunyu penekno kanggo mbasuh dodotiro. Walaupun dengan bersusah payah, walaupun penuh rintangan, tetaplah ambil untuk membersihkan pakaian kita. Yang dimaksud pakaian adalah taqwa. Pakaian taqwa ini yang harus dibersihkan.
Dodotiro dodotiro, kumitir bedah ing pinggir. Pakaian taqwa harus kita bersihkan, yang jelek jelek kita singkirkan, kita tinggalkan, perbaiki, rajutlah hingga menjadi pakain yang indah ”sebaik-baik pakaian adalah pakaian taqwa“.
Dondomono jlumatono kanggo sebo mengko sore. Pesan dari para Wali bahwa suatu ketika kamu akan mati dan akan menemui Sang Maha Pencipta untuk mempertanggungjawabkan segala perbuatanmu. Maka sempurnakanlah Islam selamat pada hari kemudian.
Mumpung padhang rembulane, mumpung jembar kalangane. Para wali mengingatkan agar para penganut Islam melaksanakan hal tersebut ketika pintu hidayah masih terbuka lebar, ketika kesempatan itu masih ada di depan mata, ketika usia masih menempel pada hayat kita.
Yo surako surak hiyo. Sambutlah seruan ini dengan sorak sorai “mari kita terapkan syariat Islam” sebagai tanda kebahagiaan. Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu (Al-Anfal :25)
0 komen:
Post a Comment