Puisi - Sungai Mekong

Aku terkesima membaca nukilan ilham oleh Latiff Mohidin. Ketika ilham ini ada, aku belum lahir ke dunia lagi. Sudah hampir 50 tahun puisi ini tapi kali pertama aku membacanya terasa seperti puisi alaf baru dengan bahasanya yang bersahaja. Sajak “Sungai Mekong” yang memenangi Hadiah Karya Sastera, 1973.ini begitu mengasyikkan. “Sungai Mekong” hidup kerana penggunaan perkataan secara perlambangan. Perkataan yang digunakan membawa nilai perasaan dan kehidupan yang biasa kepada manusia. Antaranya “namamu”, “dasarmu”, “lenggangmu” dan “tebingmu” dan berjaya menjana transformasi sajak tradisional kepada bentuk bebas secara bijaksana

Sungai Mekong
kupilih namamu
kerana aku begitu sepi
kan kubenamkan dadaku
ke dadamu
kaki kananku ke bulan
kaki kiriku ke matahari
kan kuhanyutkan hatiku
ke kalimu
namaku ke muara
suaraku ke gunung.

Sungai Mekong
nafasmu begitu tenang
lenggangmu begitu lapang
di tebingmu
ada ibu bersuara sayu
mencari suara puteranya yang hilang
waktu ia merebahkan wajahnya
ke wajahmu
kau masih bisa senyum senang.

Sungai Mekong
akhirilah tari siang riakmu
kulihat di dasarmu
kuntum-kuntuman berdarah
batu-batu luka
malam ini
ribut dari utara akan tiba
tebingmu akan pecah
airmu akan merah
dan arusmu akan lebih keras
dari Niagara
.
Vientienne
1 Februari 1966

Latiff Mohidin

Share:

Total Pageviews

Labels

Teman Blog

Pengikut