Puisi - Tekukur Kian Akur

Berteduh di ranting waja
tekukur kian akur
fauna kian luntur
ketika rimba dilebur
manusia hilang rasa syukur
terlupa mentafsir luhur

bulan biru
malam berbedak debu
tekukur dilamar risau
merdekanya luka
alam menahan sendu
manusia terus membisu

tekukur kian akur
wajah-wajah jujur
sirna dalam bara
bara yang rahsia
membakar segala
demi sebuah istana

di kota ada pesta
tarian memburu fauna
pewaris raja tanpa takhta
menutup durja berkedok perwira
tekukur akur rimba telah sirna
manusia berdogma pura-pura

tekukur kian akur
langit membingit
awan berbalam
pawana mendera
masih lagi tekukur bertanya
baqakah manusia berjubah haloba?

8 Februari 2012.
Pharo Abd Hakim

Share:

0 komen:

Total Pageviews

Labels

Teman Blog

Pengikut